
Foto : detik.com
Ketua Komisi II DPRD Kota Cirebon Watid Sahriar mengatakan rencana reklamasi dengan memanfaatkan sampah bisa dilakukan di garis Pantai Kesenden dan Kebonbaru, Kota Cirebon.
"Tanpa menghitung yang ada di pelabuhan, yang bisa kita manfaatkan sekitar lima kilometer. Memang selama ini secara alami ada proses sedimentasi. Tapi, kita melihat ada kepentingan yang jauh lebih besar, bagaimana sampah dimanfaatkan untuk mereklamasi pantai," kata Watid, Kamis (11/3/2021).
Watid menjelaskan sudah puluhan tahun masyarakat Kelurahan Kesenden dan Kebonbaru memanfaatkan sampah sebagai material urukan. "Rumah-rumah di RW 10 dan 11 Kesenden itu dibangun di atas sampah. Proses uruknya awalnya sampah, kemudian tanah. Artinya, ada peluang untuk reklamasi pantai dengan memanfaatkan sampah," kata Watid.
Kendati demikian, Watid mengatakan perlu ada kajian ilmiah tentang pemanfaatan sampah sebagai material pengurukan. Watid menjelaskan sejumlah variabel yang perlu diteliti.
"Sesepuh masyarakat yang tinggal di atas urukan tanah, yang dimanfaatkan untuk tempat tinggal itu perlu diteliti. Kesehatannya bagaimana dan lainnya. Sampahnya juga harus kita bawa ke lab, tanahnya juga kita teliti. Harus ada kajian," kata Watid.
Watid menjelaskan reklamasi pantai memanfaatkan sampah menjadi potensi untuk perluasan lahan terbuka di Kota Cirebon. Terlebih lagi, saat ini Kota Cirebon minim ruang terbuka hijau (RTH).
"Kebutuhan lahan di Kota Cirebon itu sangat besar. Walaupun hanya memanfaatkan satu hektare lahan yang diuruk, tentunya sangat bermanfaat sekali. Kemudian, ada limbah yang bisa kita manfaatkan. Itu yang terpenting," kata pilitikus Partai NasDem itu.
Sementara itu, Kepala DLH Kota Cirebon Kadini mengatakan untuk titik nol hingga 12 meter dari bibir pantai merupakan kewenangan provinsi. Kadini mengaku akan berkoordinasi dengan provinsi terkait rencana reklamasi pantai.
"Kita akan bawa ke provinsi. Tentu perlu kajian terlebih dahulu," kata Kadini.
Kadini juga menjelaskan tentang tradisi masyarakat sekitar Pantai Kesenden yang memanfaatkan sampah sebagai material urukan. Bahkan, lanjut Kadini, sejumlah pemilik lahan dan kolam budi daya sengaja meminta sampah.
"Mereka ini minta ke pengangkut sampah. Supaya sampahnya dibuang ke lahannya, kemudian diuruk dengan tanah. Ya begitu, dimanfaatkan jadi pemukiman," kata Kadini.
Kadini mengatakan sebanyak 88 ton sampah dihasilkan setiap hari di Kota Cirebon. Ia mengatakan pemanfaatan sampah perlu dilalukan sebagai upaya untuk menata kota.
Sebelumnya, sebanyak 23.000 ton sampah dihasilkan setiap hari di Jawa Barat. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jabar Prima Mayaningtyas mengungkapkan 40 persen dari jumlah sampah tersebut belum tertangani dengan baik.
"Setiap orang berkontribusi menghasilkan sampah 0,5 kilogram per hari. Terbayang 23.000 ton sampah per hari yang dihasilkan Jabar. Apabila 40 persen dari data yang ada di kami tidak tertangani. Seperti disampaikan Pak Wagub, bisa menyebabkan banjir, menimbulkan penyakit," kata Prima dalam peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) di Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (10/3/2021).